Seorang Komandan Militer dan Penarik Pedati

Ayo Ketawa! - Seorang komandan militer di Malang, pagi harus tiba di Surabaya paling telat pukul 6 pagi. Dia dipanggil oleh panglima di Surabaya untuk sebuah keperluan mendesak dan sudah harus menghadap pada pukul 6.30. Sehabis subuh, berangkatlah perwira itu ditemani sopir yang berpangkat kopral dan seorang ajudan berpangkat sersan. Jalanan masih sepi sehingga mobil jip yang mereka tumpangi bisa melaju tanpa hambatan.

Persoalan muncul ketika mereka sampai di Lawang pada waktu akan melewati fly over. Dari arah Purwosari, Pasuruan arus lalu lintas sangat ramai dengan bus dan truk yang hendak menuju Malang sementara di depan kendaraan mereka, sebuah pedati yang dihela dua sapi berjalan pelan.

Di belakang gerobak pedati itu, tertulis bacaan Arudam Lites. Itu bahasa Malang, yang maksudnya Madura Setil (style atau gaya).

Berkali-kali jip mereka mencoba menyalip pedati itu tapi tetap tak ada celah karena kepadatan arus lalu lintas dari arah utara. Si perwira mulai tampak kesal, sementara ajudan dan sopirnya kelihatan tegang. Ketika akhirnya berhasil disalip, jip tentara itu lalu menghadang laju pedati. Ajudan dan sopir dengan sigap turun dan menghampiri penarik pedati.

“Hei duro gendeng, kalau sudah tahu gerobak, awakmu mestinya lewat bawa, bukan lewat di sini. Gara-gara pedatimu yang lambat ini, komandanku bisa telat ke Surabaya,” kata si ajudan sambil menampar pipi penarik pedati. Duro gendeng maksudnya orang Madura sinting.

Sambil meringis, yang entah karena kesakitan ditampar oleh tentara itu atau karena kedinginan oleh udara Lawang, si penarik pedati yang ternyata benar-benar orang Madura itu menjawab sekenanya. ”Benar Pak, saya memang orang Madura, tapi sapi saya ini, sapi Jawa,” katanya. (www.ayoketawa.com)