Asal Mula Istilah Imlek Untuk Menyebut Tahun Baru Cina

Ayo Ketawa! - Pada abad ke 7 masehi, di tanah Jawa hiduplah seorang janda miskin tua bernama Mbok Nunung bersama anak gadisnya yang pemalas bernama Imah. Tiap hari kerja si Imah hanya tidur melulu. Dia sama sekali tak mau membantu ibunya yang harus kerja banting tulang.

Itulah sebabnya, di usia 25 tahun tak ada satupun pemuda yang mau melamarnya. Padahal pada masa itu, usia segitu termasuk kategori jomblo akut. Karena itulah Mbok Nunung berdoa pada sang hyang widi agar anaknya lekas mendapat jodoh.

Pada suatu malam, saat sedang berdoa, sayub-sayub Mbok Nunung mendengar suara meriah seperti sedang ada pesta disertai bunyi ledakan bersahutan. Makin lama suara itu terdengar makin mendekat. Belum hilang rasa heran Mbok Nunung, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Mbok Nunungpun membukakan pintu.

Alangkah terkejutnya ketika ia mendapati serombongan orang asing berwajah sipit berbaju serba warna merah dan membawa bola api di depan pintu rumahnya. Mbok Nunung ketakutan setengah mati sampai terkencing kencing. Apalagi dia melihat sebagian dari mereka menyalakan petir yang bunyinya memekakkan telinga.

Tapi ketakutan Mbok Nunung mulai sirna saat melihat orang asing paling depan yang begitu tampan mendekat dengan senyum ramah.

Pemuda: “Gong xi fat chai.”(sambil menyerahkan sekeranjang kue serta amplop berwarna merah).

Mbok Nunung menyangka si pemuda hendak melamar anaknya. Maka dengan girang dia menerima sekeranjang kue dan amplop merah yang dikiranya adalah seserahan (lamaran).

Mbok Nunung: “Lamaranmu tak tompo, wong bagus. (lamaran kamu saya terima, wahai pemuda tampan)”

(Si pemuda yang tak tahu arti kata-kata Mbok Nunung mengira disuruh masuk).

Pemuda: “Kamsia, kamsia.”

Mbok Nunung mengira si pemuda menyuruh memanggil si Imah. Maka, dengan tergopoh-gopoh simbok sok tahu ini megguncang-guncang tubuh sang anak yang tertidur pulas sambil memanggil-manggil namanya (Im = Imah) agar melek (bangun)

Mbok Nunung: “Im, melek! Im, melek! Im, melek!!”

Karena tak bangun juga, simbok terus mengulang kata-katanya tersebut. Mungkin karena capek, kalimat yang semula ‘Im, melek’ berubah lebih singkat jadi, ‘Imelek, Imlek, Imlek.’

Kata-kata ‘Imlek’ itu membuat terharu si pemuda. Dia mengira simbok tengah mengucap do’a syukur pada Tuhan atas sekeranjang kue serta amplop merah yang barusan diberikannya.

Pemuda: (Dalam pikirannya) “Alangkah besar rasa syukur penduduk negeri ini. Baru dikasih sekeranjang kue sama amplop berisi duit gopek aja mengucap syukur tiada henti sepanjang malam. Ini harus dicontoh oleh seluruh rakyat Cina.”

Pemuda (calon mantu Mbok Nunung).tersebut belakangan diketahui sebagai raja dari Cina yang sedang menjajaki peluang dagang di pulau Jawa.

Untuk mengenang kejadian tersebut, sang raja menetapkan istilah Imlek untuk menyebut tahun baru Cina. Dan tiap orang harus mengucapkan kata Gong Xi Fat Chai, memberikan kue keranjang plus amplop merah (angpao), membawa bola api (lampion) serta menyalakan petir (mercon / kembang api) pada`saat Imlek. (www.ayoketawa.com)